Menyikapi Kesulitan Hidup

27 Februari 2009 pukul 1:20 am | Ditulis dalam Pembuka | Tinggalkan komentar

Menyikapi Kesulitan Hidup
Oleh : ilham fatahillah
dari http://www.dudung.net/artikel-islami/menyikapi-kesulitan-hidup.html
Ketika kesulitan hidup itu datang, hati berubah gundah, kesana-kemari seolah mencari sesuatu yang hilang. Tekanan darah naik, darah pun mengalir tak beraturan, menekan keras ke otak hingga membuatnya panas, lalu mengendap di dada menekan paru-paru hingga nafas terasa berat, detak jantung tidak menentu, dada berdebar-debar menekan balik darah. Sementara itu keringat dingin pun membeku, dan sekujur tubuh terasa pegal. Emosi kian memuncak, dengan sorotan mata yang tajam dan pikiran berputar-putar mengitari tumpukan segala kegundahan.

Setiap orang pasti pernah mengalami saat-saat sulit dalam menjalani kehidupannya. Kadang kesulitan itu memang membuat seseorang frustasi, bingung, stres, panik, putus asa dan sikap negatif lainnya. Namun hal ini hanya terjadi pada kebanyakan orang yang hidupnya jauh dari tuntunan Al-Qur`an. Jauhnya mereka dari tuntunan Al Qur’an menyebabkan mereka gampang gelisah, tegang, dan marah. Mereka menjalani kehidupan ini dengan beban masalah dan tekanan batin yang luar biasa beratnya, sehingga menjauhkan mereka dari kebahagiaan hidup.

Seorang mukmin tentu berbeda dalam menyikapi berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya.Mereka memahami bahwa kesulitan atau ujian diberikan oleh Allah dalam rangka menguji hamba-Nya. Dan mereka tahu bahwa kesulitan itu dibuat untuk membedakan antara mereka yang benar-benar beriman dan mereka yang memiliki penyakit di hatinya, yaitu mereka yang tidak tulus dalam meyakini keimanan mereka. Karena itu, ujian atau kesulitan yang hadir dalam kehidupan kita akan menunjukkan siapakah kita sebenarnya. Allah menjelaskan melalui firman-Nya, bahwa Dia akan menguji manusia untuk melihat siapakah yang benar-benar beriman.

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 142)

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin)….”(al-Baqarah: 179)

Ketika membaca terjemahan ayat tersebut, hendaknya semakin menambah kesadaran kita bahwa kehidupan ini memang dipenuhi dengan aneka masalah dan berbagai kesulitan. Karena dunia ini merupakan Darut Taklif, maksudnya adalah tempat pembebanan. Tidak ada seorang pun yang terbebas dari masalah selama mereka hidup di dunia. Dan sungguh merugi orang yang larut dalam kesedihan, kesedihan yang panjang justru akan semakin menyulitkan diri dalam menghadapi masalah. Hanya dengan keberanian untuk bangkit dan bersabar, kesulitan itu akan terasa mudah. Berbahagialah orang yang mampu bersabar dalam menghadapi setiap kesulitan hidup, karena Allah beserta orang-orang yang sabar.

Sehari-hari

20 Februari 2009 pukul 7:56 am | Ditulis dalam Pembuka | Tinggalkan komentar
Tag:

Mencuci….
Hari-hari pernikahan memang banyak suka dukanya. Dari yang lucu sampai lucu sekali, atau sekedarnya saja.

Ada cerita menarik, setelah saya menikah kaitanya dengan cuci mencuci.

Setelah menikah, saya menyadari bahwa istri saya itu orangnya bersihan aka “resikan” dalam bahasa jawanya. Termasuk dalam mencuci. Mencuci pakaian, dalam keluarga saya tidak hanya dilakukan oleh istri, kadang sayapun mencuci. Kadang pula kami bersama-sama mencuci pakaian.

Pada suatu waktu, istri saya bertanya “Njenengan kalau membilas cucian berapa kali?” dengan cepat saya jawab 2 kali, maksimal 3 kali tergantung waktunya sih. Ternyata setelah pertanyaan itu, dia mengatakan kalau hasil cucian saya pagi tadi masih ada sabunnya. Hehehe, tertawa juga saya, meski agak malu tentunya.

Singkat kata, ceritanya istri saya ketika masih kos, termasuk anak kos yang paling rajin mencuci, namun saya termasuk irit air. Mencuci pas hampir habis, dan biasanya pas mandi pagi ketika mau berangkat kerja.

Makan malam.

Urusan makan, dibanding istri saya, saya lebih banyak makannya. Berlipat bahkan. Ndak tahu juga apa sebabnya, untuk urusan makan saya terbilang lahap, ditambah lagi tidak ada makanan pantangan bagi saya.

Suatu sore, ketika makan malem. Pas waktu itu, saya menyuapi istri. Nah, pada setelah beberapa kali suapan, saya mengambil untuk saya makan sendiri. Eeee, setelah masuk ke mulut istri saya bilang “heeee gak adil, apa itu tadi, ati kan?”

Ternyata yang baru saja saya makan ada ati ayamnya….. Ya ndak kebagian dong istri saya.

Kemudian pada suapan berikutnya saya katakan “Ini ada atinya lho…, ati ku… hehehe” Lha kok saya malah dicubit…

Mencari nafkah.
Dulu, ketika sebelum menikah, saya sempat berfikir. Untuk menikah butuh ini-itu, butuh uang sekian untuk hidup sebulan dan seterusnya.

Tapi ternyata setelah menikah, alhamdulillah, kami bisa makan dan kadang makan diluar.

Mencari nafkah setelah menikah, memang beda. Sebelum menikah kah kita nyari uang paling juga untuk kita sendiri dan infaq. Namun setelah menikah, ada hal-hal yang mesti difikirkan dan diperjuangkan. Maka dari itu, pentingnya kita mencari nafkah yang halah dan thoyib.

Dukungan istri sangat berguna dalam hal ini. Senantiasa berdoa semoga suami mendapat rejeli halal, senyuman, meski kl kadang tidak punya apa-apa ya nangis juga… hehe

Terimakasih untuk istriku, yang senantiasa mendampingi dan atas semua doa-doa nya… Terimakasih… bidadari syurgaku..

Blog di WordPress.com.
Entries dan komentar feeds.